Hari Ke 3:
Tiga (3) Tingkatan Orang Berpuasa
Oleh
Ah. Zanin Nu'man, M.Pd.I
Jika ditanya sudah berapa kali kita bertemu dengan Ramadhan, tentu kita bisa menjawab dengan hitungan yang sederhana, namun jika pertanyaan diteruskan, Apa hasil dari puasa anda ? tentu kita akan sulit menjawabnya, kenapa bisa demikian ? mungkin karena berkali-kali kita bertemu Ramadhan dan melakukan puasa, tetapi belum ada dampak yang signifikan pada diri kita.
Ramadhan dijadikan Allah SWT sebagai bulan penggemblengan, untuk menjadikan manusia berpredikat Taqwa. tapi anehnya banyak kaum muslimin yang tidak merasakan pengaruh puasa di bulan Ramadhan, kecuali hanya sekedar menggungurkan kewajiban.
Ada 3 tingkatan seseorang dalam berpuasa di bulan Ramadhan :
Pertama, puasa orang awam (Kelompok Kebanyakan orang)
Praktik puasa yang dilakukan di level ini sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat. Mereka tidak melakukan persiapan keilmuan, malas membaca Al-Qur'an, menyia-nyiakan waktu, dan gemar berbicara yang tidak bermanfaat. padahal Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” (HR. Al-Bukhari no. 1804)
Kedua, puasanya orang khusus
Level nilainya very good. Mereka berpuasa lebih dari sekadar untuk menahan haus, lapar dan hal-hal yang membatalkan.
Tapi mereka juga berpuasa untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. Mulutnya bukan saja menahan diri dari mengunyah, tapi juga menahan diri dari menggunjing, bergosip, apalagi memfitnah.
Kalau zaman sekarang, mungkin termasuk juga menahan jari-jarinya agar tidak tidak meng update setatus yang bisa menyakiti orang lain, atau menahan jari-jarinya dari menyebarkan berita-berita bohong atau hoax.
Termasuk menghindar dari orang-orang yang sedang ghibah, menfitnah. karena harus disadari bahwa orang yang ghibah dan mendengarkan secara hukum dosanya sama. Maka alternatifnya hanya ada dua pilihan, yaitu mengingatkannya atau meninggalkannya. Dalam hal ini Allah berfirman :
Janganlah kamu duduk bersama
mereka hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Sesungguhnya kamu (apabila
tetap berbuat demikian) tentulah serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan
mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di (neraka) Jahanam. (An-Nisa'/4:140)
Ketiga, Puasa Orang Super-Khusus
Ini level yang paling tinggi, disebut shaumul khushusil khushus. Inilah praktik puasanya orang-orang istimewa, exellent.
Mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawiyah, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah.
Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi, yaitu apabila terbersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia.
Bahkan, menurut kelompok ketiga ini puasa dapat terkurangi nilainya dan bahkan dianggap batal apabila di dalam hati tersirat keraguan, meski sedikit saja, atas kekuasaan Allah.
Puasa kategori level ketiga ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin dan muqarrabin, sementara di level kedua adalah puasanya orang-orang shalih.
Lantas, sudah berada dimana tingkatan puasa kita selama ini ?
Jika Ramadhan tahun lalu mungkin kita masih di level pertama, yaitu hanya sekedar menggugurkan kewajiban, maka puasa kali ini harus ada perubahan. paling tidak kita berusaha untuk meninggalkan berbagai amalan yang bisa merusak pahala puasa. Mari kita jadikan momentun Ramadhan tahun ini untuk merubah diri kita menuju yang labih baik adagar predikat Taqwa benar-benar kita dapatkan.
Wallahu A'lam
EmoticonEmoticon