7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil
(Ini adalah terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/)
Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction/ DI) harus
dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI — dan apa itu yang bukan DI.
Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi
dilakukan di kelas Anda
1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif.
Dalam kelas, guru akan selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid mereka, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid
2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif.
Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti
memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya
lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan
membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara
murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid
yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas
hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta
menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita.
Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang
seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan
dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. Seorang murid
yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika tentunya akan siap
untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas
biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas
3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian
Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan
kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka
dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid,
observasi, dan penilaian sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa
yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi
katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantusetiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya.
Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi didominasi sesuatu yang
terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang mendapatkannya." penilaian
diagnostik secara rutin akan dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran,
guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan
kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik
tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau
sumatif, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik
bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya selama unit tersebut berlangsung
4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk.
Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1)
konten — masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya
memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau bagaimana murid
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.
Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda
terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana
mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang
berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua
murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan
untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara
keseluruhan maupun untuk murid secara individu.
5.Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid
Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling
efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat,
relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak
akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang sama mengundang, relevan,
dan menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya — dan bahwa tidak semua
murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran.
Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman secara
akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang
untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang
tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain
6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual.
Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini
berguna untuk membangun pemahaman bersama, misalnya, dan memberikan
kesempatan untuk diskusi dan ulasan bersama yang dapat membangun rasa
kebersamaan.
Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan
kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk
eksplorasi individu atau kelompok kecil, ekstensi, dan produksi.
7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis.
Di ruang kelas yang berbeda, mengajar adalah sebuah evolusi. Murid dan guru sama-sama pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang materi pelajaran, namun
mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid mereka belajar. Kolaborasi yang
berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif
untuk setiap murid. Guru memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses
pembelajaran mereka serta membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan.
Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd
Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD. Hak cipta
terdaftar
EmoticonEmoticon